Merinding, Netizen Ungkap Hal Ini saat Melintas dari Batu Lubang

snapshot 001 1
Truk saat Melintasi Batu Lobang, Tapteng. (Foto: dok)

Tapanuli Tengah – Ada cerita yang bikin merinding menurut pengakuan beberapa orang saat melintas di batu lubang lubang di Jalinsum Bonandolok, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, saat malam hari.

Hal itu diketahui setelah terbitnya berita di situs smartnewstapanuli.com dengan judul “Tiba-tiba Truk Ini Terhenti di Batu Lubang” yang tayang empat hari lalu. Netizen pun menuliskan hal-hal yang dianggap menyeramkan saat melintas tengah malam dari batu lubang ini.

Bacaan Lainnya

Pengalaman lewat tengah malam dari sini.pas mw masuk d klekson berkali2.pas d dalam klekson mati,dan stelah kluar dri batu lubang sudah ada yg duduk manis menunggu di pinggiran baju putih panjang rambut.yg heran nya klekson bisa hidup setelah melewati si penghuni tadi. Dstu jantung nth gmn rasa nya mw copot,” tulis pengguna akun facebook, Rani Kara.

Belum pernah rasakan helm lepas dari kepala waktu lewat malam dr sini kan,” tulis netizen lainnya.

Diketahui, ada dua batu lobang di kawasan ini, satu menikung dan satunya lurus. Konon, Anda yang akan melewati batu lubang harus membunyikan klakson kenderaan Anda.

Tujuannya, ya…agar pengendara yang datang dari arah berlawanan memberi waktu bagi Anda saat akan melintasinya sehingga tidak terjebak dalam batu lobang, khususnya pada batu lubang yang menikung.

Konon katanya, membunyikan klakson di batu lubang memang wajib. Sebagai tanda “permisi lewat” pada “penghuni” batu lubang.

Tidak banyak cerita pasti mengenai tahun dan lama pengerjaan Batu Lubang. Bahkan tahun pembuatannya ada yang menyebutkan tahun 1930 atau sekitar 84 tahun silam serta tahun 1900 atau sekitar 114 tahun silam.

seram

Namun terlepas dari kontroversi tahun pembangunan Batu Lubang tersebut, yang pasti tempat itu dibangun pada masa kolonial Belanda dengan melibatkan rakyat Tapanuli (khususnya warga Sibolga dan Tapanuli Tengah) serta pejuang – pejuang kemerdekaan yang menjadi tawanan Belanda masa itu.

Tujuan pembukaan Batu Lubang itu adalah untuk mempermudah sarana transportasi menuju Tarutung sekaligus juga untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi dari tanah Batak dan penumpasan laskar atau pejuang kemerdekaan Indonesia. Maka rakyat dan pejuang saat itu dipaksa bekerja (kerja Rodi) untuk membuka jalan dan Batu Lubang tersebut.

(Dikutip dari berbagai sumber)  Klik DISINI kondisi batu lubang yang dilintasi kenderaan. (snt)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *