17 Tahun Menyewakan Ban di Pantai Pandan, Sarwedi: Lain Dulu Lain Sekarang

sewa ban
Sarwedi Siregar Salah Seorang Penyewa Ban di Pantai Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Sedang Duduk Dipinggir Pantai Pandan Menunggu Pengunjung Menyewa Ban. FOTO: istimewa.

Pandan – Sosok Sarwedi Siregar (56) warga Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara ini, bisa menjadi inspirasi bila di tilik dari perjuangannya untuk menafkahi keluarganya sehari-hari yang tidak mengenal gengsi mengerjakan kegiatannya sehari-hari.

Selama 17 tahun, Sarwedi empat anak ini bekerja sebagai penyewa ban bagi pengunjung Pantai Pandan.

Bacaan Lainnya

Sarwedi tak sendiri menggeluti kegiatannya itu, setiap hari ia ditemani istri tercinta, Basaria br Nasution (47).

“Sudah 17 tahun saya bersama istri menggeluti kegiatan menyewa ban di Pantai Pandan ini. Kalaupun hasil yang kami dapat setiap harinya bervariasi. Hasilnya, ya pas-pas an untuk biaya menyekolahkan anak-anak dan untuk keperluan rumahtangga kami,” ujar Sarwedi, Kamis, 10 Mei 2018 di Pantai Pandan.

Dia menjelaskan, dari empat orang anaknya, baru tiga orang yang sudah tamat dari sekolah Pesantren.
Sementara itu, dari 25 ban yang ia sewakan untuk pengunjung pantai, merupakan bantuan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah.

“Seluruh ban yang saya sewakan disini merupakan bantuan dari Dinas Pariwisata Tapteng. Saya juga sekaligus ditugaskan untuk ikut serta menjaga kelestarian pantai ini,” katanya.

Lanjutnya, untuk sewa ban ukuran besar Rp.15.000, sedang Rp.10.000, ukuran kecil Rp.5.000,”.

Sambungnya lagi, penghasilan dari menyewa ban bila dibandingkan pada tahun tahun silam sangat berbeda dengan kondisi saat ini. “Kalau dihari-hari libur, kami bisa dapat hasil Rp100 ribu, tapi kalau hari biasa, ya cuma Rp50 ribu, terkadang tidak ada, kalau dulu kita bisa dapat hasil rata-rata Rp100 ribu setiap hari, bahkan lebih kalaupun banyak warga yang menyewakan ban disini”.

“Dulu banyak disini penyewa ban, tapi sekarang sudah tidak ada lagi dan sudah sepi. itupun hasil yang kita peroleh kadang-kadang tidak ada,” keluhnya.

Kendati demikian, ia bersama istrinya tidak surut untuk melakoni pekerjaan menyewa ban ini, semuanya adalah karena tuntutan kebutuhan keluarga dan anak-anaknya.

“Saya bersama istri tak pernah surut bekerja seperti ini. Kami tetap semangat. Ini kami lakukan semata-mata untuk mencari uang untuk kebutuhan rumahtangga kami, serta untuk mencari biaya sekolah anak-anak kami,” tandasnya. (ril_ren)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *