SmartNews, Tapanuli – Di seluruh rumah sakit yang ada di Sumatra Utara (Sumut) kini sudah ada pengawal atau pemandu mobil ambulans di jalan ketika membawa pasien. Mereka ternyata sebuah komunitas motor.
Ketika mobil ambulans membawa pasien rujukan misalnya ke rumah sakit lainnya, komunitas ini langsung muncul dan memberikan pengawalan selama di perjalanan.
Pemandangan seperti itu tentu sudah tidak asing lagi di Kota Sibolga dan Tapteng. Bahkan sudah berlangsung lama.
Melihatnya, tak sedikit pula warga bertanya-tanya, kenapa mobil ambulans pembawa pasien harus dikawal oleh pengendara motor.
Bukankah mobil ambulans melintas pengendara di jalanan harus minggir sesuai aturan yang ada. Begitu kira-kira pertanyaan warga.
Untuk menjawab pertanyaan itu, Dirut RSUD Pandan dr. Rikky Nelson Harahap memberikan penjelasan saat dihubungi lewat seluler, Senin (12/10/2020).
“Mereka (pengawal mobil ambulans). Mereka sebuah komunitas,” kata dr Rikky Nelson mengawali keterangannya.
Ditanya kemudian apakah komunitas ini bekerjasama dengan RSUD Pandan terkait pengawalan mobil ambulans pembawa pasien, Rikky mengatakan, tidak ada.
Justru kata Rikky, komunitas atau relawan seperti itu ada di semua rumah sakit di Sumut. “Jadi itu inisiatif mereka, tidak ada hubungannya ke kita (RSUD) Pandan. Di seluruh rumah sakit di Sumut, mereka ada,” katanya.
Rikky juga menyebut, komunitas ini akan tiba-tiba datang jika ada mobil ambulans yang akan berangkat dari rumah sakit membawa pasien. “Tiba-tiba mau berangkat kan (mobil ambulans), Datanglah itu,” bilangnya.
Melansir laman detikcom, rupanya komunitas ini ada di Indonesia lho! Mereka adalah sebuah komunitas motor yang aktif membantu ambulans mengantarkan pasien dalam keadaan darurat.
Komunitas ini bernama Indonesian Escorting Ambulance (IEA), alias komunitas pengawal ambulans. Ini biasanya mengurai kemacetan agar ambulans bisa melaju lebih cepat ke titik tujuan.
Komunitas ini bahkan sudah beranggotakan lebih dari 2.000 orang di seluruh Indonesia, dan tidak pula setiap detik memandu ambulans.
Karena belum tentu di setiap tempat di mana anggota berada, ada ambulans yang butuh pemanduan jalan.
Diketahui, IEA ini rupanya tidak hanya sibuk memandu ambulans. Ternyata juga melakukan berbagai kegiatan sosial lain seperti membantu penanganan bencana.
“Banyak, jadi di tahun ke-3 ini memang kami banyak kegiatan. Kita tidak hanya kawal ambulans tapi juga melakukan kegiatan yang sifatnya sosial masuk kebencanaan juga. Kalau ada wilayah yang kena bencana kita pasti ada teman-teman yang turun juga di lokasi bencana,” kata Pendiri IEA, Nova Widyatmoko, Jumat lalu (9/10/2020).
Tentunya melakukan bantuan sosial seperti bencana perlu kemampuan khusus. IEA juga melakukan berbagai pelatihan agar anggotanya ketika turun lapangan dapat memiliki peran yang sangat membantu.
Mulai dari pelatihan water rescue, vertical rescue, kebencanaan, medis, dan lain-lain. Pelatihan ini tentunya dibimbing oleh orang-orang yang ahli di bidangnya.
“Pelatihan ada, jadi biasanya tergantung wilayah. Mereka melakukan kegiatan kerjasama misalnya pelatihan medis dengan tenaga kesehatan terus pelatihan kebencanaan bersama TNI. Jadi kalau mereka mau mendapatkan pelatihan apa mereka meminta ke instansi terkait yang memang sudah ahli di bidangnya,” ungkap Nova.
Selain itu, para anggota IEA jelas juga manusia biasa. Mereka juga punya kehidupan dan kesibukan masing-masing.
Dari profesinya pun beragam, mulai dari pelajar hingga anggota militer. “Profesi anggota macam-macam, ada yang pelajar, ada karyawan swasta, ada TNI, Polri dari berbagai kalangan lah segala macam. karena memang anggota tidak terbatas dari kerjaan dan usia yang penting punya jiwa sosial kita persilakan untuk gabung,” bilangnya. (red)