SNT, Tapteng – Batu diduga meteor yang jatuh dari langit ke atap rumah Josua Hutagalung warga Dusun Sitahan Barat, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapteng, Sumatra Utara (Sumut), sudah sampai di Amerika Serikat (AS).
Dan kini batu tersebut sudah di tangan seorang kolektor terkenal yang disebut bernama Jay Piatek.
Kabar batu diduga meteor itu sudah dijual Josua Hutagalung pada 17 Agustus 2020 lalu, menyeruak lewat pemberitaan media asing beberapa hari lalu, dan mulai ramai diberitakan media di Indonesia, baik media lokal dan nasional.
Kabar fantastisnya menurut sejumlah pemberitaan, bahwa batu itu disebut dihargai Rp 26 miliar. Informasi soal harga batu yang fantastis itu sampai ke Josua Hutagalung dan dengan tegas membantahnya. Namun dia mengaku hanya menerima uang hasil penjualan batu itu sebesar Rp 200 juta.
Disusul kemudian, ada 14 lembar seng yang dihargai Rp 14 juta. “Batunya kemarin saya jual Rp 200 juta. Itu beratnya 1.800 gram. Itu saya jual ke orang Bali, atas nama Jared, bule. Terus dia juga beli atap seng yang bolong Rp 14 juta. Jadi total Rp 214 juta,” kata Josua kepada wartawan.
Kemudian dalam sebuah pemberitaan di Daily Mail Inggris, sebagaimana melansir detik.com, Kamis malam (19/11/2020) dijelaskan bahwa dari Collins, batu ini kemudian dibeli lagi oleh Jay Piatek selanjutnya dikirim ke Amerika Serikat.
Namun tidak dijelaskan berapa harga yang dibayarkan oleh Jay Piatek. Kemudian, dilansir dari Science Mag, Kamis (19/11/2020), terungkap bahwa Jay Piatek seorang kolektor meteor ternama di dunia.
Disebutkan, komunitas astronomi di Amerika mengakui kepiawaian Jay Piatek. Akan tetapi dia bukan seorang astronom.
Jay Piatek diketahui seorang dokter medis yang memiliki klinik gizi Piatek Institute. Sebagai seorang dokter, dari profesinya itu, Piatek sudah lumayan kaya dengan mobil Jaguar.
Dia kini berusia 53 tahun dari Gary, Indiana, AS. Lahir dari keluarga pekerja. Sedangkan ibunya kerja di peleburan baja dan ayahnaya sopir pemadam kebakaran.
Piatek memilih menjadi dokter dengan kuliah di Indiana University dan membuka klinik sejak 1995. Hobi berburu meteor dimulai tahun 2003, ketika anaknya belajar soal meteor di sekolah. Akan tetapi, biasanya meteor hanya dimiliki lembaga riset antariksa saja atau museum.
Piatek pun mulai mencari dari eBay dan pameran batu dan mineral. Dia juga lalu membuka jaringan dengan komunitas ilmuwan dan lembaga riset antariksa.
Piatek pun berburu meteor ke seluruh dunia. Meteor yang dia temukan, bisa dia jual lagi ke museum atau ke lembaga riset. Dari situ Piatek memutar uangnya.
Dan pada puncaknya, Piatek pernah punya 1.300 spesimen meteor dan sekarang tinggal 400 spesimen.
Diketahui bahwa koleksi Piatek yang paling berharga adalah batu dari Planet Mars yang disebut Black Beauty.
Batu ini jatuh di Maroko jutaan tahun lalu, dan ditemukan suku nomaden Maroko tahun 2011 dan segera dibeli Piatek lewat perantara penjual batu mulia dan meteor bernama Aziz Habibi seharga USD 6.000 (Rp 85,2 juta).
Penemuan batu ini menghebohkan para kolektor dunia. Harganya mencapai USD 10.000 per gram dan cuma ada 2 kg di dunia.
Piatek memiliki sekitar 1,4 kg atau senilai USD 14 juta (Rp 199 miliar). Black Beauty kini menjadi objek penelitian sejumlah lembaga riset universitas. Tentunya ada perjanjian khusus dengan Piatek.
Harga Black Beauty jauh lebih mahal dari meteor di rumah Josua. Akan tetapi tampaknya, batu meteor dari rumah Josua menambah pundi-pundi kekayaan dan koleksi Piatek.
Batu diduga meteor itu jatuh di rumah Josua Hutagalung itu dibeli oleh pakar meteor Jared Collins seharga Rp 200 juta. Dia langsung datang ke rumah Josua.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Josua Hutagalung yang memiliki usaha peti mati, bahwa sebelum batu tersebut jatuh tepat di atap rumahnya yang terbuat dari seng, ia mendengar suara riuh di langit saat dirinya berada di belakang rumahnya.
Kemudian tidak berselang lama, dentuman keras pun terdengar tepat di samping rumahnya. Saat diperiksa, atap rumahnya antara ruang tengah dan dapur sudah bolong.
Setelah diperiksa, Josua Hutagalung bersama istrinya mendapati tanah di rumahnya sudah berlubang sedalam lebih-kurang 15 sentimeter atau seukuran sejengkal orang dewasa.
Tanah sekitar lubang itu, menurutnya, juga tampak mengering. Saat itu, batu tersebut pun saat dipegang terasa hangat. (red)