Wisata Goa Belanda, Situs Bersejarah Peninggalan Kolonial di Tapteng

Batu Lubang Tapteng. (dok/istimewa)
Batu Lubang Tapteng. (dok/istimewa)

SNT – Salah satu objek wisata yang menarik dikunjungi di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara adalah terowongan batu lubang.

Terowongan yang juga disebut sebagai Goa Belanda ini merupakan sebuah peninggalan situs sejarah perjuangan saat jaman kolonial. Lokasinya di Dusun Simaninggir, Desa Bonandolok, Kecamatan Sitahuis, berjarak sekitar 18 Km dari pusat Kota Pandan, Tapteng.

Bacaan Lainnya

Terowongan ini merupakan jalan Lintas Sumatera dari Kota Sibolga dan Tapteng menuju kabupaten tetangga yakni Tapanuli Utara (Taput). Konon sejak adanya terowongan ini, masyarakat yang melintas sejenak berhenti di sini untuk rehat dan sekaligus menikmati keindahan alam di sekitarnya.

Di tempat ini anda akan menyaksikan keunikan batu yang berada di sekitar terowongan. Lengkap dengan cerita sejarah pembangunannya. Cerita sejarah pembuatan Goa Belanda ini bisa anda temukan di dinding bukit sekitar bangunan berukuran paling besar yang ada di kawasan itu.

Di dinding bukit tersebut ada sebuah ornamen yang sengaja dibangun dari semen yang menceritakan tentang sejarah pembangunan goa bersejarah ini. Namun tidak banyak cerita pasti mengenai tahun dan lama pengerjaan terowongan batu lubang ini. Bahkan tahun pembuatannya ada yang menyebutkan pada tahun 1930 serta di tahun 1900, atau sekitar 114 tahun silam.

Namun terlepas dari kontroversi tahun pembangunan batu lubang tersebut, yang pasti tempat itu dibangun pada masa kolonial Belanda dengan melibatkan rakyat Tapanuli (khususnya warga Sibolga dan Tapanuli Tengah) serta pejuang-pejuang kemerdekaan yang menjadi tawanan Belanda masa itu.

Tujuan pembukaan batu lubang itu untuk mempermudah sarana transportasi menuju Tarutung, Taput, sekaligus mempermudah pengangkutan hasil bumi dari tanah Batak dan penumpasan laskar atau pejuang kemerdekaan Indonesia.

Maka rakyat dan pejuang saat itu dipaksa bekerja (kerja Rodi) untuk membuka jalan dan batu lubang tersebut. Sehingga sekarang ini dapat menikmati perjalanan dari Sibolga-Tapteng menuju Tarutung berkat buah tangan rakyat Tapanuli dan pejuang yang menjadi tawanan Belanda masa itu.

Konon ceritanya banyak darah tertumpah atau rakyat yang menjadi korban dari pekerjaan pembukaan jalan dan batu lubang itu, terutama pada pembukaan jalan pada terowongan.

Tapi tidak ada catatan sejarah juga berapa banyak rakyat Tapanuli dan pejuang kemerdekaan yang menjadi korban bahkan dari cerita juga, mereka yang menjadi korban dibuang begitu saja ke jurang yang berada di salah satu sisi batu lubang ini.

Mereka yang meninggal atau merenggang nyawa dalam pekerjaan pembuatan jalan terowongan itu karena merasa keletihan dan kelelahan karena tak kuat dan tak kuasa menahan derita pemaksaan kerja.

Para pekerja dipaksa bekerja keras dengan sekuat tenaga tanpa istrahat dan makanan yang cukup untuk membuat terowongan tersebut. Sementara untuk membuka jalan terowongan itu, para pekerja harus menembus batu dinding gunung Bukit Barisan yang keras dengan alat seadanya yakni pahat dan martil.

Akhirnya dengan banyak korban jiwa dari para tawanan (rakyat Tapanuli dan laskar kemerdekaan) berhasil membuka dua unit jalan terowongan. Ukurannya kala itu hanya bisa dilintasi oleh mobil kecil. Namun seiring perkembangan jaman, lebar badan terowongan mengalami pelebaran.

Namun sentuhan tersebut dilakukan tanpa mengurangi makna dan bentuk fisik dari terowongan sehingga kini dapat dilalui oleh truk jenis Fuso.

Kedua unit batu Lubang yang dikerjakan oleh rakyat Tapanuli dan laskar kemerdekaan yang menjadi tawanan kolonial Belanda pada masa itu, satu unit berukuran kecil sepanjang 8 meter dan satu terowongan besar berukuran panjang sekitar 30 meter.

Kedua terowongan ini terletak terpisah, namun berada dalam satu ruas jalan dengan jarak antara keduanya sekira 50 meter.

Menariknya, di kawasan batu lubang ini ada juga bisa menikmati destinasi wisata lain berupa pemandangan air terjun. Air terjun ini mengalir dari badan dinding batu lubang dan jatuh ke sebuah lembah yang didalamnya terdapat aliran sungai.

Jarak sungai ke titik jatuh air terjun dari badan dinding batu lobang tersebut diperkirakan ketinggiannya sekitar 100 meter. Kemudian suguhan destinasi wisata lainnya, anda bisa melihat langsung panorama alam Bukit Barisan dan panorama alam keindahan Teluk Tapian Nauli.

Di Teluk Tapian Nauli ini anda akan melihat luasan laut membiru bersamaan dengan isi permukaannya seperti pulau-pulau diantaranya Pulau Poncang Gadang dan Poncang Ketek, Pulau Mursala, Pulau Labuan Angin dan lainnya. (Syaren Situmorang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *