TAPTENG – Ketua Tim Pemenangan Masinton Pasaribu-Mahmud Efendi Lubis (MAMA), Timbul Panggabean menjelaskan alasan kenapa tim pendukung MAMA mengenakan baju hitam saat debat calon bupati yang digelar KPU Tapteng di Ballroom Pia Hotel Pandan, Jumat malam (8/11/2024).
“Kita ingin menjelaskan kepada publik, bahwa Tapteng masih sedang dalam kegelapan. Dalam debat itu pun sudah terbukti dan terkonfirmasi bahwa masih ada tindakan barbar dan kegelapan itu,” kata Timbul Panggabean kepada wartawan, Minggu malam (11/11/2024).
Lantas, kenapa pasangan Masinton-Mahmud menggunakan pakaian adat dalam debat, itu adalah simbol bahwa MAMA sangat beradat dan beradab, menjunjung tinggi etika, attitude, sekaligus menghargai kemajemukan masyarakat Tapteng.
“Artinya, MAMA adalah sahabat semua suku, etnis dan golongan masyarakat Tapteng yang berbilang kaum, etnis dan budaya,” kata dia.
Dijelaskan, dari ide dan gagasan, serta penguasaan materi debat, paslon Masinton-Mahmud sangat unggul. Begitu pula dengan attitude, sopan santun, maupun perilaku masing-masing paslon.
“Masyarakat bisa melihat apa yang terjadi saat debat. Siapa yang memulai keributan, siapa yang melakukan aksi mendorong-dorong. Padahal, itu podium resmi dan disiarkan secara live streaming di kanal YouTube,” kata Timbul Panggabean.
Timbul mengatakan, moderatornya yang seorang perempuan cukup baik, hanya saja pada sesi terakhir ada yang menyerang moderator dengan kata-kata kasar.
“Padahal, sebenarnya paslon itu tidak bisa berkomentar terhadap moderator, begitu aturannya,” kata Timbul.
Jadi, sebenarnya peristiwa itu mengkonfirmasi bahwa isu yang digoreng-goreng seolah mereka berpihak kepada perempuan sudah ketahuan.
“Tidak perlu waktu yang lama sudah ketahuan, siapa sesungguhnya yang kasar terhadap perempuan, gitu lho,” katanya.
Ditanya, apa yang menyebabkan Khairul Kiyedi mendorong Masinton? Timbul mengatakan, dari penjelasan Masinton, saat itu ada seseorang, mungkin yang merasa tokoh masyarakat.
“Gitu ya, datang ke sana meminta Masinton untuk mengamankan pendukungnya. Tetapi Masinton kemudian mengusir orang yang tidak berkepentingan itu. Lalu, Kiyedi pun datang dan mendorong Masinton,” katanya.
Dikatakan Timbul, debat itu bukan ajang adu jotos, tapi adu ide dan gagasan bagaimana cara membangun Tapteng. Karena di beberapa sesi itu, ada pendalaman visi misi masing-masing paslon.
“Atau kita gak tahu, siapa tahu, ya kan, kita menduga, mana tahu, kita kan gak tahu, jangan-jangan sengaja dibuat seperti itu supaya debat batal, sehingga tidak kelihatan siapa yang berkualitas,” kata Timbul. (ren/JN)