Deputi Gubernur Senior BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Normal

deputi
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara Saat Diwawancara Wartawan di Graha Aulia BI Sibolga, Jumat 7 September 2018. (foto: SNT)

Sibolga – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik ditengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Menurut Mirza, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I sebesar 5,1% dan di kuartal kedua sebesar 5,2% merupakan pertumbuhan ekonomi yang bagus sekali.

Bacaan Lainnya

“Kemudian provinsi Sumut ini pertumbuhan ekonominya antara 4,5% – 5,5%. Itu pertumbuhan ekonomi yang juga bagus,” kata Mirza kepada wartawan di Graha Aulia BI Sibolga, Jumat 7 September 2018.

Kedatangan Mirza Adityaswara di Sibolga menghadiri diskusi publik Outlook Perekonomian Indonesia, Perkembangan Ekonomi Regional, dan Kebijakan Bank Indonesia.

“Saya hadir di Sibolga, ingin melihat bagaimana perekonomian di Sibolga, saya juga ingin mendapatkan input dari teman-teman baik di pemerintahan daerah maupun dari perbankan terkait perkembangan ekonomi Sumut,” ujar Mirza.

Ia mengatakan meski pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan 6% seperti pencapaian pada 2012, atau pada waktu harga komoditi masih tinggi, dan pada saat itu suku bunga Amerika belum naik.

Namun sekarang dengan pertumbuhan 5,1% di kuartal satu dan 5,2% di kuartal dua, menurutnya kondisi ini cukup normal akibat kenaikan suku bunga Amerika yang terus berlanjut sejak tahun 2013 dari 0,25% sekarang sudah 2%, dan masih berlanjut 3% di tahun 2019 mendatang.

Lanjutnya, peran dagang antara Amerika dengan Cina, Mexico, Rusia telah membuat mata uang dolar Amerika menguat.

Lantas, kenapa berpengaruh ke Indonesia dan negara market yang lain?, Karena dolar adalah mata uang internasional dan dipergunakan di kegiatan investasi internasional maupun kegiatan ekspor impor. Sehingga yang memproduksi valuta asing itu menaikkan suku bunga.

Kemudian Presiden Amerika juga sedang melakukan perang dagang, pastinya itu berpengaruh kepada stabilitas kurs dolar.

“Tetapi situasi ini tidaklah membahayakan, meski kurs rupiah telah mencapai Rp14.800 per dolar AS. Karena pertumbuhan ekonomi kita hanya turun dari 6,0% ke 5%, dan tahun ini pertumbuhan ekonomi kita antara 4,8% – 5,2%. Kita menilai pertumbuhan ekonomi ini masih sangat baik,” tuturnya.

Menurutnya, kesehatan perbankan juga sangat sehat, tadi pihaknya menunjukkan bagaimana kecukupan perbankan jadi suatu rasio yang sangat baik dan diakui dunia internasional.

Melalui analisis kuartal oleh lembaga rating, jadi layak untuk investasi, jadi tripel B. Dalam 5 tahun ini rating Indonesia akan terus meningkat.

“Jadi saya sampaikan bahwa situasi internasional menghadapi suku bunga Amerika yang meningkat. Kita menghadapi perang dagang, tapi ekonomi kita adalah ekonomi yang sangat sehat pertumbuhannya yakni 5,1% -5,2%, dan pertumbuhan grid di perbankan 11% – 12% (year on year/yoy),” jelasnya.

Sambungnya lagi, yang harus diatasi adalah perlunya mendapatkan valuta asing lebih besar, karena untuk membayar utang luar negeri, untuk membayar impor, perlu valuta asing. (SNT)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *