Potret Getir Kehidupan Keluarga Oloan

miskin
Foto: Kondisi rumah keluarga Oloan Manalu. (Dokumentasi Istimewa)

Sibolga – Sepenggal kisah nyata dari getirnya kehidupan satu keluarga yang tinggal di sebuah sudut kota kecil di Republik Indonesia. Mereka tinggal di rumah reot. Lantainya masih tanah.

Adalah Oloan Manalu (76) kepala keluarga yang malang itu. Ada 8 orang anggota keluarganya. Mereka warga Kotamadya Sibolga, Provinsi Sumatera Utara. Tepatnya tinggal di Lingkungan III, Keluarahan Aek Muara Pinang, Kecamatan Sibolga Selatan.

Saat disambangi awak media bersama lurah dan kepala lingkungan setempat, Jumat (5/9/2018), lelaki tua itu menceritakan kondisi mereka saat ini.

Di rumah itu ia tinggal bersama istrinya Siti Nurbaya Aritonang (65) serta anak dan cucunya. Meski Oloan kini menderita penyakit hernia, namun ia tetap tabah melakoni pekerjaan sehari-harinya sebagai pemulung. Padahal hasilnya rata-rata hanya Rp200.000 sebulan.

Ditanya soal kondisi “istananya” yang benar-benar jauh dari kata layak itu?

Dengan suara bergetar Oloan menjawab bahwa mereka selalu kesusahan saat musim hujan.

“Kalau hujan kami selalu kerepotan Pak. Kadang kami harus pindah numpang tidur ke rumah orang,” akunya.

Mereka itu sudah 18 tahun tinggal di sana. Persoalan lainnya, kala malam mereka harus berhimpit-himpitan untuk tidur. Dengan beralaskan tikar pula.

“Gimana lagi Pak, anak-anak tidur di tikar lah. Sudah 18 tahun begini terus,” katanya.

Oloan pun mengaku pasrah dan hanya dapat berserah diri kepada sang Maha Kuasa. Sementara itu, tentang bagaimana ia membiayai kehidupan sehari-hari keluarganya?

Oloan mengatakan untung saja ada anak perempuannya yang membantunya memulung. “Kami kan cuman memulung, paling saya dapat 200 ribu sebulan. Anak saya ini sudah janda, makanya dia bersama cucuku tinggal serumah dengan kami. Pekerjaannya juga memulung,” tuturnya.

Oloan mengaku tidak pernah menerima bantuan apa pun dari pemerintah selain rastra/raskin (beras sejahtera/beras miskin).

“Belum pernah ada pendataan. Kami hanya dapat beras raskin saja. Bantuan lain, kami belum pernah terima,” timpalnya.

Kenyataan pahit lainnya, istri Oloan (Siti Nurbaya Aritonang) ternyata kini sedang sakit parah. Meski telah berkali-kali dibawa berobat ke salah satu rumah sakit swasta di Kota Sibolga, kondisinya tak kunjung membaik.

“Istriku hanya bisa tidur aja, gak bisa duduk,” ucapnya.

Karena tak mampu menangani, pihak rumah sakit menganjurkan agar Siti Nurbaya dibawa berobat ke Kota Medan.

“Kalau anjuran dokter kami harus berobat ke Medan. Dari mana uang kami. Untuk berobat memang ditanggung (BPJS Kesehatan), tapi belanja makan kami dari mana? Aku aja harus terus-terusan beli obat biar bisa kerja. Kalau gak dibantu obat, aku mana bisa kerja,” terangnya.

Lurah Doly Sianturi bersama kepala lingkungan Lomona Sitanggang mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat apapun terhadap keluarga ini. Instansi pemerintah terkait memang belum pernah melibatkan pihaknya dalam pendataan dan penyerahan bantuan, contohnya untuk Program Keluarga Harapan (PKH) dan program Rumah Tak Layak Huni (RTLH).

“Apa yang bisa kami buat, dinas sosial yang memberikan bantuan tidak pernah melibatkan kami. Mereka bertindak sendiri, tidak pernah melakukan koordinasi. Bantuan RTLH pun mereka sendiri yang mendata, PKH pun mereka sendiri yang mendata,” ujar kepala lingkungan Lomona Sitanggang.

“Kami tidak tau harus berbuat apa. Masalah kelayakan, mereka memang sangat layak dapat bantuan. Tapi kondisi sudah seperti ini, apa mau dikata,” timpal Lomona yang mengaku baru 1,5 tahun menjabat kepala lingkungan. (snt)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *