SmartNews, Muara – Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia (BI) Sibolga mendatangkan Wignyo Rahadi, Desainer terkenal asal Jakarta ke Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatra Utara, Sabtu (25/5/2019).
Asisten Manajer Unit Pengembangan Ekonomi Kpw BI Sibolga, Arif Wahyu Hidayat mengatakan, Wignyo Rahadi didatangkan untuk melatih Kelompok Tenun Harungguan di Desa Hutanagodang, Kecamatan Muara.
“Kami dari BI melihat bahwa Muara, Tapanuli Utara salah satu daerah dari 8 kabupaten yang memiliki potensi Danau Toba, itu makanya kita melakukan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dibidang tenun di daerah ini,” ujar Arif Wahyu Hidayat kepada wartawan.
Menurut Arif dengan pengembangan UMKM dibidang tenun, ke depan diharapkan dengan hadirnya produk-produk unggulan tenun dari Muara bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke Muara, Tapanuli Utara.
“Jadi di sini kita datang untuk melakukan pengembangan potensi tenun Muara yang ke depan kita harapkan akan mampu menarik minat wisatawan baik dari luar negeri ke daerah ini,” kata Arif.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil pengembangan dan penelitian yang dilakukan BI, bahwa Ulos Batak Harungguan yang cukup terkenal berasal dari Muara.
“Itulah alasan kenapa BI menjadi Muara dijadikan sebagai klaster pengembangan ulos. Karena kawasan Muara ini menjadi destinasi wisata dengan pengembangan Pulau Sibandang oleh badan otorita danau toba (BODT). Dan barang tentu, produk unggulan dari daerah ini harus dikembangkan agar terjadi sinerginitas dengan keindahan alam Muara,” ungkap Arif.
Dia menerangkan, pelatihan yang diberikan oleh desainer Wignyo Rahadi dari Tenun Gaya Jakarta terhadap kelompok tenun ulos Harungguan Muara untuk peningkatan mutu kain tenun gadogan.
Sementara itu, Wignyo Rahadi menjelaskan, metode yang akan diberikan terhadap penenun adalah peningkatan mutu warga kain tenun. Dimana hasil tenun gadongan (tenun tradisional) cukup banyak peminatnya, namun terkendala dipewarnaan dan juga motif.
“Kalau selama ini kain tenun ulos Batak lebih dominan tiga warna, yaitu, merah, putih dan hitam. Jadi melalui pelatihan ini akan kita ciptakan beragam warna tanpa meninggalkan warna khas ulos Batak itu. Kami sudah membawa alatnya dan akan dibagikan kepada para ibu penenun yang ada di Sanggar ini agar bisa menentukan warna tenunannya sendiri,” ujar Wignyo.
Menurut Wignyo, penentuan motif dan warna serta hasil akhir (finishing) tenun harus dimaksimalkan, sehingga rapi dan lembut.
Dengan demikian nantinya akan mudah dibentuk desainnya karena hasil finishingnya sudah bagus dan tidak keras lagi seperti selama ini.
“Saya yakin, kalau inang (ibu-ibu) penenun yang ada di Sanggar Harungguan ini serius, pasti berhasil. Karena bukan satu dua lagi kelompok tenun binaan BI yang bekerjasama dengan kami mampu berhasil dan sukses. Jadi hasil tenun ulos dari Muara ini akan kita desain seindah mungkin sesuai dengan permintaan pasar. Bahkan kain tenun ini akan menjadi pakaian yang ready to wear atau busana jadi,” ungkapnya.
Masih ditempat yang sama, Kepala Desa Hutanagodang Kecamatan Muara, Gokma Siregar, secara singkat menjelaskan arti kata Harungguan, yaitu perkumpulan. Jadi kalau disimpulkan arti ulos Harungguan adalah, kumpulan dari berbagai corak ulos orang Batak.
“Jadi ulos Batak Harungguan ini adalah rajanya segala ulos! Dan asal muasal ulos ini serta tempat penenunannya di Muara. Untuk itulah kami atas nama masyarakat dan aparat desa Muara mengucapkan banyak terima kasih kepada BI Sibolga yang sudah memberikan perhatian dan pelatihan kepada kami. Kami berharap, BI Sibolga terus mendampingi kami sampai kelak Sanggar Harungguan ini menjadi sumber penghasilan dan mampu mencitpakan lapangan kerja,” harapnya.
Pantauan SmartNews di lokasi, para puluhan kaum ibu tampak serius mengikuti pelatihan yang disampaikan oleh Wignyo Rahadi bersama timnya.
Pelatihan ini berlangsung dilangsungkan mulai tangga 25-28 Mei 2019 di Sanggar tenun ulos Harungguan, Desa Hutanagodang, Muara. (red)