SmartNews, Taput – Keberadaan sebuah kafe di Desa Dolok Martumbur, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara, saat ini dipersoalkan warga. Pasalnya, tempat hiburan malam itu berada tepat di lingkungan sebuah tempat ibadah umat nasrani. Selain itu, terdapat juga sebuah sekolah PAUD di lokasi tersebut.
Sesuai penuturan warga setempat, kafe itu disebut milik marga Rajaguguk. Diperkirakan beroperasi sejak Oktober 2019 lalu hingga sekarang. Masyarakat pun kerap menyampaikan keberatannya.
Menurut mereka, protes telah disampaikan hingga ke Kepala Desa (Kades) mereka. Namun ironisnya, lanjut warga, hingga saat ini pemerintah desa mereka terkesan tak punya nyali menindaklanjuti aduan mereka.
“Kemarin pas mau dibangun, pemilik (Rajagukguk) berbohong sama kami (warga). Dulu dibilangnya mau buka warung makan. Makanya sejak kita tahu itu kafe, pendeta dan masyarakat yang lain udah pada protes,” ungkap salah satu warga yang enggan menyebutkan namanya.
Amatan wartawan, letak kafe dengan gereja dan PAUD itu memang terlihat berdekatan. Jarak bangunan gereja dengan lokasi kafe itu hanya sekira 10 meter.
Sementara pihak pengelola kafe hanya membuat sekat dari seng yang tingginya sekitar 1,5 meter sebagai pemisah lokasi gereja dan kafe tersebut.
Ketika awak media mencoba memasuki pekarangan kafe itu, tampak beberapa gelas berisi sisa-sisa diduga minuman alkohol masih tergeletak di beberapa meja.
Sementara 2 orang perempuan yang diduga pekerja kafe tersebut ketika dimintai keterangan mengakui kalau mereka tidak mengenali siapa pemilik asli tempat hiburan malam itu.
Ironisnya lagi, saat akan dimintai keterangan lebih lanjut, kedua wanita itu memilih bergegas pergi seraya membawa tas dan langsung mencegat mobil yang melintas.
Terpisah, Kades Dolok Martumbur, Esbon Rajagukguk, ketika dikonfirmasi mengakui adanya protes dari sejumlah warganya atas adanya tempat hiburan malam itu. Bahkan menurutnya, pihaknya telah mengadukan permasalahan itu ke pihak kecamatan.
“Saya juga tidak setuju dengan adanya kafe itu. Saya sudah laporkan itu ke camat. Tapi saya juga bingung. Kok belum ada tanggapan,” tukas Esbon.
Sementara itu, salah seorang warga yang mengaku sebagai pemilik kafe itu ketika mengetahui kedatangan awak media untuk meliput, terlihat sedikit arogan. Sembari menunjukkan tato-tato yang ada di kaki dan badannya, ia menghardik wartawan.
“Boha haroa kafe i? Dang boi disi haroa i? Ise na keberatan? Adong do izinhu lae. Sude lagi mangurus. Lao kaluar na ma. (Kenapa dengan kafe itu? Ga bisa di sana tempatnya? Izin saya ada. Semua lagi di urus. Sudah mau keluar,” ketusnya.
Namun sayang, Kasatpol PP Taput, Rudi Sitorus, saat akan mau dihubungi lewat selulernya belum berhasil. (tim)