SmartNews, Humbahas – Pandemi Corona (Covid-19) yang berkepanjangan telah mengganggu semua aspek kehidupan, begitu juga dengan dunia pendidikan secara khusus di Indonesia. Aktivitas proses belajar mengajar di sekolah pun lumpuh.
Meskipun demikian, para siswa harus tetap belajar. Dengan pemberlakuan proses belajar dengan memanfaatkan tehnologi menjadi salah satu solusi dengan sistim daring atau online learning.
Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Pendidikan Humbang Hasundutan, Christison Marbun kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (21/7/2020).
“Meskipun aktivitas proses belajar mengajar di sekolah saat ini diliburkan, namun kita melakukan upaya agar para siswa tetap belajar di rumah. Ya itu tadi, kita lakukan pembelajaran dengan sistim daring atau online learning. Kita manfaatkan tehnologi, karena itu adalah salah satu solusi,” ujar Christison Marbun.
Menurutnya, sistim daring atau online learning merupakan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan perangkat komputer atau gadget yang saling berhubungan, di mana guru dan siswa berkomunikasi secara interaktif.
Hal senada juga disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Baktiraja, Martahan Panjaitan. Katanya, untuk mengakali para murid agar tidak ketinggalan mata pelajaran, belajar mengajar lewat via daring adalah solusi.
Dia mengatakan, proses tersebut di sekolah yang dipimpinnya telah dimulai sejak hari Senin (20/7/2020) kemarin.
Dijelaskan, aplikasi yang mereka gunakan adalah Google Meeting yang dikenal sebagai Google G Suite for Education.
Dengan menggunakan layanan tersebut para siswa dapat terbantu belajar di rumah meski sekolah diliburkan guna pencegahan penyebaran Covid-19.
Martahan menjelaskan, bahwa layanan Google Meet dapat diakses melalui website, Android maupun iOS. Di Google Meets ini tidak hanya bisa melihat dokumen belajar tetapi juga presentasi hingga merekam. Sebelum menggunakan layanan ini, para murid dan guru terlebih dulu harus memiliki akun G-Suite.
Melalui cara ini, anak-anak dari rumah dimungkinkan akan bisa bertatap muka dengan gurunya. Jam belajar sendiri tetap di awali dari pukul 08.00 WIB.
Namun begitu, Martahan juga tak menampik kalau pola belajar ini memiliki sejumlah kelemahan.
“Pembelajaran ini sangat bergantung dengan koneksi jaringan internet yang menghubungkan antara perangkat guru dan siswa. Jadi sangat diharapkan adanya kesadaran orang tua guna mendukung hal itu. Semisal siswa harus punya gadget, kuota, dan terutama diberikan waktu supaya tidak serta merta di ajak ke ladang jika para siswa dirumahkan,” pungkasnya. (rtb)