SmartNews, Tapanuli – Salah satu desa di Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatra Utara (Sumut) yang memiliki peranan penting dalam sejarah kuno Barus adalah Lobutua. Desa ini berada sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Barus.
Melansir laman prestasireformasi.com, Minggu (27/9/2020) dijelaskan bahwa Desa Lobutua ini dahulu kala berdiri sebuah kerajaan Barus Raya dipimpin oleh seorang raja yang bijak, namanya Tuanku Raja Muda.
Disebutkan bahwa Tuanku Raja Muda mempunyai seorang putri yang sangat cantik, diberi nama Putri Andam Dewi.
Bahkan kecantikannya pun terdengar hingga ke berbagai penjuru, sehingga banyak raja yang ingin mempersuntingnya, salah satunya adalah Raja dari kerajaan Marina dari Madagaskar.
Diungkapkan bahwa kerajaan ini bahkan sempat mengirim utusan bertemu dengan Raja Muda untuk meminang Putri Andam Dewi untuk dijadikan sebagai permaisuri, akan tetapi Tuanku Raja Muda menolaknya.
Karenanya kerajaan Marina menyerang negeri ini. Perang itu dikenal dengan “Barus Disambar Garudo”. Konon kala itu seekor burung garuda raksasa berkepala tujuh turut serta membantu kerajaan Marina menyerang Lobutua.
Dalam peperangan yang terjadi, pasukan Tuanku Raja Muda berhasil dipukul mundur, dan Raja Muda mati terbunuh, sehingga ketika itu paman Putri Andam Dewi bernama “Gambang Patuanan” tampil ke medan perang dan berhasil membunuh burung garuda. Kemudian salah satu kepala dari burung garuda itu jatuh di sebuah sungai.
Diceritakan, selama satu minggu desa itu beraroma busuk akibat bangkai burung garuda, sungai itu kemudian diberi nama dengan “Aek Busuk”.
Kemudian, saat terjadi perang, Putri Andam Dewi masuk ke dalam sebuah pohon besar bersama inang pengasuhnya. Dan di dekat pohon itu terdapat sebuah sumur dengan mata air yang jernih mengalir ke semak belukar, hingga kini keberadaan mata air itu sudah berbentuk kolam masih bisa ditemukan di desa Lobutua.
Penduduk setempat pun menyebutnya “Kolam Pemandian Putri Andam Dewi”.
Salah seorang putra Ladang Tengah, Kecamatan Andam Dewi, Wahiddin Pardosi, baru-baru ini menuturkan bahwa kolam pemandian Putri Andam Dewi hingga saat ini masih digunakan masyarakat untuk tempat mandi dan mencuci pakaian.
Wahiddin yang juga seorang pemerhati wisata ini menambahkan, cerita rakyat atau legenda Putri Andam Dewi dan Barus disambar Garudo perlu dilestarikan.
“Saya punya ide sekaligus usul agar di Aek Busuk ini dibangun sebuah monumen atau tugu yang melambangkan seekor burung garuda, sebagai salah satu ikon yang gilirannya akan menarik minat wisatawan berkunjung ke Lobutua,” harapnya. (snt_pr)