Pengembangan Danau Toba Terkendala Melek Pariwisata

dantob
Danau Toba. (FOTO: Pixabay)

Sibolga – Bank Indonesia merasa terpanggil untuk berkontribusi nyata mendukung sektor pariwisata ke depan melalui penguatan aksesibilitas, atraksi, dan amenitas. Kemudian promosi dan peningkatan kapasitas pelaku usaha.

Pjs Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sumatera Utara, Hilman Tisnawan menjelaskan pihaknya diamanahkan untuk berkiprah dalam pengembangan pariwisata Danau Toba.

Bacaan Lainnya

Secara garis besar, kondisi akses, atraksi, dan amenitas di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba ini masih perlu dioptimalkan.

Meski memiliki potensi tinggi, pengembangan destinasi pariwisata Danau Toba masih dihadapkan berbagai hambatan.

“Terutama dari sisi SDM, data kami menunjukkan kita masih dihadapkan dengan permasalahan melek pariwisata,” ujar Hilman Tisnawan dalam keterangan tertulis, Kamis 22 November 2018.

Trip Advisor juga mencatat beberapa hal yang perlu diperbaiki, mulai pengelolaan lingkungan pariwisata yang belum dilakukan dengan pelayanan standar.

Kemudian masalah kebersihan yang menjadi perhatian wisatawan, hingga ketersediaan fasilitas umum dan jasa pendukung di area wisata yang dinilai belum memadai.

Hilman menjelaskan, pada 2017, jumlah kunjungan wisman ke Sumatera Utara (Sumut) mencapai 261.000, atau meningkat 11,8% (yoy) dibanding tahun sebelumnya.

Data di sektor ritel juga menguatkan adanya peningkatan aktivitas wisatawan di Sumut, tercermin dari peningkatan transaksi money changer berizin di Sumut 17% (yoy), yakni dari Rp1,1 miliar pada 2016 menjadi Rp1,3 miliar di 2017.

BI mencatat, capaian pertumbuhan jumlah wisman di Sumut lebih baik dibanding beberapa destinasi lainnya seperti Mandalika dan Labuan Bajo.

Namun bila dilihat dari durasi tinggal dan nilai belanja wisman, realisasi Sumut masih dibawah nasional, yaitu 6,01 hari, sementara angka nasional mencapai 8,53 hari.

“Hal ini mengindikasikan perlunya upaya agar wisatawan menjadi lebih betah tinggal di Sumatera Utara,” katanya.

Dia mengungkapkan, dilihat dari kinerja sektoral, perkembangan pariwisata Sumut yang tercermin dari kinerja subsektor akomodasi, makanan dan minuman, serta subsektor transportasi dan pergudangan menunjukkan pertumbuhan tinggi, yaitu diatas 8%.

“Capaian ini melebihi kinerja sektor utama (pertanian, perdagangan, industri pengolahan) yang berada di kisaran 5 persen,” tuturnya.

Nilai tambah yang dihasilkan kedua subsektor ini semakin besar yaitu Rp33,5 triliun atau 7,5% terhadap total PDRB Sumatera Utara pada 2013. Kemudian meningkat menjadi Rp50,6 triliun atau memiliki pangsa 10,4% pada 2017.

“Beberapa capaian tersebut telah menguatkan fakta bahwa sektor pariwisata berpotensi dikembangkan sebagai sumber pertumbuhan baru di Indonesia khususnya di Sumatera Utara,” pungkasnya. (Dod)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *