Tapanuli Tengah – Milson Silalahi lahir di Desa Mela Dolok, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara. Diketahui, selama ini kurun waktu 14 tahun, pria berusia 46 tahun ini aktif menekuni profesinya sebagai wartawan media cetak lokal di Kota Sibolga sekitarnya.
Suami dari L Boru Simatupang ini kemudian memutuskan terjun ke dunia politik tahun 2015. Milson menahkodai Partai Perindo Tapanuli Tengah. Calon anggota DPRD Tapanuli Tengah.
Pria yang telah dikarunia tiga anak ini kemudian memutuskan ikut berkontestasi di Pileg 2019 menuju kursi DPRD Tapteng, melalui daerah pemilihan (dapil) 4, meliputi Kecamatan Sitahuis, Tapian Nauli, Kolang, Sorkam, Sorkam Barat dan Kecamatan Pasaribu Tobing.
“Saya melihat bahwa selama ini anggota dewan di Tapteng tidak maksimal menjalankan tupoksinya sebagai perpanjangan tangan konstituen dalam menerima aspirasi. Itu makanya saya memilih maju sebagai calon anggota DPRD,” ungkap Milson, Kamis (29/11) di Sibolga.
Milson berharap kepada masyarakat Tapteng agar nantinya lebih cerdas menggunakan hak politik terutama dalam memilih perwakilannya di DPRD. Tidak mudah jadi ketua partai.
Dia juga mengaku, bahwa untuk menjadi ketua partai tidaklah mudah. “Menjadi seorang pemimpin partai bukanlah hal mudah untuk dapat mengibarkan bendera partai. Apalagi daerah Tapteng memiliki 20 kecamatan yang begitu luas,” ujarnya.
Pun begitu, ia tak lantas menyerah begitu saja. Menurutnya, hal itu akan mampu ia jalankan dengan memiliki manajemen yang baik serta kemampuan intelektual.
Akunya lagi, bahwa kunci utama adalah keterbukaan serta kejujuran dalam menjalankan setiap kebijakan yang akan dijalankan, ditambah dengan pengalaman dan ilmu manajerial yang mampu mempersatukan.
“Dengan demikian, kita mampu menghadapi persoalan mulai dari tahap verfikasi partai hingga penjaringan bacaleg Perindo Tapteng,” katanya. Miskin harta tapi kaya strategi dan inovasi.
“Memang saya akui bahwa kemampuan materi selaku ketua partai, mungkin saya yang termiskin di Tapteng. Akan tetapi saya kaya akan strategi dan inovasi,” bebernya.
Dengan keterbatasan itu tidak menjadi alasan yang membuat dirinya tidak bisa berkompetisi dengan baik. “Hak suaramu adalah harta yang paling mahal dalam demokrasi. Gunakanlah itu dengan sebaik-baiknya agar bisa merubah nasib dan dirimu,” pungkasnya. (snt)