Alasan Pernikahan Beda Usia Marak Terjadi? Oh Ternyata..

Pernikahan Beda Usia
Pernikahan Beda Usia. (Foto: Ilustrasi/Pixabay)

SNT – Belakangan ramai diberitakan seorang kakek yang sudah berusia 58 tahun menikahi perempuan berumur 19 tahun di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Pernikahan beda usia juga pernah terjadi tahun lalu, seorang kakek berumur 103 tahun menikah dengan perempuan berusia 30 tahun di Sulsel.

Bacaan Lainnya

Selain kedua kisah ini, ada banyak kisah pernikahan beda usia lainnya yang terjadi.

Sebenarnya, kenapa hal demikian bisa terjadi?

Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, menyampaikan alasan dibalik maraknya pernikahan beda usia ini.

Katanya, kejadian tersebut menggambarkan pergeseran struktur sosial masyarakat, di mana struktur sosial pada zaman dulu lebih menekankan senioritas, sementara struktur sosial pada masa kini cenderung egaliter.

“Jadi, orang tua itu betul-betul ditempatkan di tempat tinggi dan anak di bawahnya. Kemudian ada juga sekat struktur lain, misalnya bangsawan dan rakyat biasa, orang kaya dan orang miskin,” kata Drajat, mengutip dari Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Menurutnya, struktur sosial yang seperti itu saat ini perlahan mulai memudar, sehingga relasi antara orang tua dan orang muda cenderung sejajar atau egaliter.

Lanjutnya, pergeseran struktur sosial ini juga menandai hadirnya demokrasi antar-generasi, seperti anak muda bersaing dengan orang tua, baik di rumah maupun di kantor.

Lalu, mengapa pergeseran struktur sosial bisa terjadi?

Drajat mengatakan bahwa salah satu faktor bergesernya struktur sosial adalah perkembangan teknologi informasi.

“Orang tua tidak lagi menjadi pusat otoriykeilmuan, pusat otoritas kebenaran, karena kemudian anak itu bisa mencari informasi dan kebenaran dengan caranya sendiri melalui internet,” ujarnya.

Saat hubungan senioritas antara orang tua dan orang muda lebih longgar, maka hubungan yang akan terjadi akan didasarkan pada kebutuhan, misalnya kebutuhan finansial atau kebutuhan biologis.

“Ketika anak menikahi orang tua kemudian dituduh mengincar hartanya saja. Hal sebaliknya juga terjadi, ketika orang tua mengawini anak muda itu hanya mengejar kebutuhan s*ksual saja,” kata Drajat.

Sebagai contoh, lanjut Drajat, fenomena sugar daddy yang juga marak terjadi ini memiliki alasan yang hampir sama, yakni hubungan atas dasar kebutuhan.

“Sehingga fenomena-fenomena sugar daddy, di mana ada orang tua berhubungan dengan yang lebih muda untuk bersenang-senang dan anak pun membutuhkan orang tua untuk memenuhi kebutuhannya. Itu kemudian tidak bisa terelakkan karena saling membutuhkan,” tuturnya.

Kemudian soal pergeseran struktur sosial, Drajat mengatakan bahwa penyesuaian diri sangat dibutuhkan.

Orang tua harus bisa mengejar ketertinggalannya dengan anak muda, sehingga tidak mengandalkan status orang tua yang harus dihormati.

Sementara untuk anak muda, Drajat mengimbau untuk memiliki kemandirian dan tidak mengandalkan orang tua sebagai tempat bersandar. (kc/snt)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *