SNT – Kementerian Sosial (Kemensos) mencatat sebanyak 11.045 anak yang ditinggal meninggal orang tua (ortu) karena terpapar COVID-19. Anak-anak tersebut kini berstatus yatim, piatu, dan yatim piatu.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan pandemi COVID-19 telah mengakibatkan banyak perubahan di berbagai aspek kehidupan saat ini, termasuk bagi anak-anak.
Selain adanya ketakutan akan terpapar COVID-19, anak-anak juga kerap berpotensi kehilangan orang-orang terdekat mereka yang meninggal akibat COVID-19.
“Hal ini membuat banyak anak akhirnya harus menjadi anak yatim, piatu dan yatim piatu,” kata Risma kepada wartawan, Sabtu (8/8/2021).
Risma menjelaskan berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 per 20 Juli 2021, diketahui ada 11.045 anak menjadi yatim piatu, yatim atau piatu.
Pada sisi lain jumlah anak yang positif dan meninggal menunjukkan lebih dari 350.000 anak positif dan 777 anak meninggal dunia.
Risma mengatakan, tingkat risiko anak terpapar COVID-19 tinggi. Karena itu, kata dia, pemerintah telah menetapkan kebijakan percepatan vaksinasi bagi anak-anak minimal usia 12 tahun.
Risma menjelaskan bahwa Kemensos melalui Balai/Loka Rehabilitasi Sosial dan Pendamping Rehabilitasi Sosial telah mendapatkan laporan mengenai anak-anak yang ditinggal meninggal orang tua akibat terpapar COVID-19. Data tersebut di input berdasarkan by name by adress.
“Sejauh ini data akurat by name by adress terkait anak yatim, piatu dan yatim piatu yang orang tuanya meninggal karena terpapar Covid-19 masih dalam proses pengumpulan oleh tim kami di lapangan. Namun demikian, para pendamping juga telah melaksanakan respon kasus untuk anak-anak tersebut,” terang Risma.
Dia menyebut data by name by adress terbaru dari Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) Jawa Timur menunjukkan bahwa terdapat 166 anak yang saat ini kehilangan orang tua karena COVID-19.
Dari jumlah tersebut 12 anak menjadi yatim piatu, 58 anak menjadi piatu dan 89 anak menjadi yatim serta 8 anak sedang dalam konfirmasi. Anak-anak ini tersebar di 7 kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur.
Sementara di Yogyakarta, terdapat 142 anak yang ditinggal oleh orang tuanya. Sebanyak 19 anak kehilangan kedua orang tuanya, 92 anak kehilangan ayah dan 31 anak kehilangan Ibu.
Terlaporkan juga sebanyak 10 orang dari 105 ibu hamil yang meninggal akibat Covid-19. “Respon terhadap anak-anak tersebut dilakukan secepat mungkin dan dalam kesempatan pertama,” katanya.
Risma menambahkan selain upaya pendataan dan respon kasus bagi anak-anak yang kehilangan orang tua karena COVID-19, Kemensos juga telah memberikan dukungan secara langsung melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang mencakup pemenuhan kebutuhan dasar anak.
Di antaranya seperti bantuan obat-obatan, vitamin, tes swab/PCR, vaksinasi dan kebutuhan dasar anak lainnya, termasuk memberikan konseling kepada anak-anak dan keluarganya.
Risma menjelaskan untuk mencegah anak kehilangan hak pengasuhannya, Kemensos juga telah mereunifikasi anak dengan keluarga besarnya.
Tak hanya itu, Kemensos juga memfasilitasi pengasuhan alternatif melalui pengasuhan oleh orang tua asuh (foster care)/wali/pengangkatan anak dan pengasuhan anak melalui panti-panti.
“Kemarin kita sudah mereunifikasi salah seorang anak bernama Vino (10) yang tinggal di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Ia menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal terpapar Covid-19. Didampingi oleh Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) dan Tim Respon Darurat Balai Budi Luhur Banjarbaru beserta pihak Dinas Sosial setempat, Vino berhasil dijemput oleh kakeknya yang berasal dari Sragen untuk selanjutnya diasuh oleh keluarga besar,” tuturnya.
“Tidak hanya di Kutai Barat saja, hingga saat ini kami sudah melakukan respon cepat terhadap anak-anak yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19 di antaranya di Kutai Kartanegara, Samarinda, Sukoharjo, Purwakarta, Bekasi dan Muna. Selanjutnya, tidak menutup kemungkinan kami juga akan merespon anak-anak di wilayah lainnya sesuai dengan laporan yang diterima,” sambungnya.
Dukungan lainnya yang juga diberikan oleh Kemensos adalah membantu keluarga besar anak untuk mengatasi kesulitan dalam mengasuh anak.
Menurut Risma, layanan terapi melalui ATENSI berupa terapi fisik, psikososial dan mental spiritual juga diberikan kepada anak untuk mengatasi perasaan sedih karena kehilangan orang tua akibat COVID-19 dan membangkitkan kembali semangat mereka untuk melanjutkan hidupnya.
Kemensos RI juga berupaya memberikan dukungan aksesibilitas untuk membantu anak agar dapat mengakses kebutuhan lainnya.
“Ke depan kami berencana melaksanakan kegiatan penanganan dampak Covid-19 pada anak yang kehilangan orang tuanya akibat Covid-19. Tentunya kegiatan ini akan melibatkan kerjasama lembaga/instansi terkait seperti NGO dan sektor pemerintahan yang bertanggungjawab dalam menangani hal tersebut,” Risma menambahkan. (dtc/snt)