Smart News Tapanuli, TAPTENG – Ada fenomena menarik yang muncul dipinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) di sungai Sibintang di Desa Sibintang, Kecamatan Sosorgadong, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut).
Deretan gunung mini ini tampak berderet dipinggiran sungai Sibintang.
Informasi diperoleh, munculnya gunung mini ini bukan karena ulah manusia yang sengaja untuk mencari sensasi dan agar viral, tetapi terbentuk secara alami dalam kurun waktu bertahun-tahun.
Namun hingga kini belum diketahui penyebab munculnya gunung-gunung tersebut dan berapa tahun proses pembentukannya terjadi.
Diprediksi gunung mini ini berasal dari gundukan tanah yang membentuk gunung mini dan berbaris secara random.
Tinggi dan diameternya pun variatif hingga setengah meter. Sementara rerumputan tumbuh di sekeliling gunung-gunung mini itu.
Menurut sumber, gundukan tanah itu disebabkan hewan serumpun kepiting yang menggali tanah sehingga memicu munculnya gundukan membentuk gunung-gunung mini tersebut.
“Gak tahu apa penyebabnya. Gunung-gunung mini ini sudah lama ada,” ujar Darwin Hutagalung tokoh pemuda setempat, baru-baru ini.
Dikatakan gunung mini tersebut terbentuk secara alamiah disebabkan aktifitas sejenis kepiting yang menggali tanah untuk dijadikan sarang.
“Alami dia terbentuk, katanya memang begitu, ada kepiting-kepiting buat sarang, lama-lama tanahnya jadi gundukan gitu,” kata Darwin.
Darwin berharap ada penelitian untuk mengungkap rahasia munculnya gundukan-gundukan tanah tersebut.
“Ya, kan bisa diteliti, sebenarnya apa penyebab terjadinya gundukan, berapa lama proses terjadinya, kan bisa menambah khasanah ilmu pengetahuan,” sebutnya.
Meski belum diberi nama khusus, gundukan-gundukan tanah itu sering dijadikan pengunjung dan wisatawan untuk berswafoto.
“Karena unik wisatawan pun sering foto-foto di lokasi ini,” ungkapnya.
R Pasaribu warga lainnya mengaku baru menyadari keunikan gunung-gunung mini itu.
Padahal ketika dalam perjalanan ke Barus mereka sempat berhenti dan mengabadikan gunung-gunung mini itu.
“Unik dan eksotis ya,” ucap R Pasaribu.
Dia berharap, lokasi ini bisa menjadi salah satu objek wisata. Tak hanya itu, penelitian terhadap fenomena itu juga layak dilakukan.
“Kalau bisa lokasi ini diberi nama sehingga punya nilai jual jadi objek wisata,” ungkapnya. (ril)