Sibolga – Kurun waktu dua bulan terakhir, operasional kapal pukat ikan (PI) dihentikan, selama itu pula produksi ikan asin di Kota Sibolga, Sumatera Utara menurun tajam. Kondisi ini kemudian diperparah dengan cuaca yang tak bersahabat, sehingga nelayan urung melaut.
Dampaknya, produksi ikan menurun dan pelaku usaha ikan asin di Sibolga terpaksa ‘meliburkan’ usahanya. Pedagang ikan asin di Kelurahan Pasarbelakang, Kecamatan Sibolga Kota, membenarkan kondisi tersebut.
“Sudah dua bulan ini produksi ikan asin mengalami kelesuan, karena pelaku usaha tidak memeroleh bahan baku sejak kapal pukat ikan disetop beroperasi,” ungkap pedagang ikan asin Edward Hutagalung, di Pasarbelakang, Sabtu (17/11).
Dia menambahkan, banyak pula bagan pancang milik nelayan hancur diterjang ombak dan angin kencang akibat cuaca buruk yang melanda wilayah perairan Pantai Barat, sebulan terakhir.
Edward menyebut, selama ini pelaku usaha ikan asin memeroleh bahan baku (ikan laut basah) dari kapal pukat ikan.
Sayangnya, kapal pukat ikan di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah disetop beroperasi akibat dampak Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) nomor 71 tahun 2016.
Selain harganya murah, jenis ikan yang diperoleh dari kapal pukat ikan lebih banyak. Berbeda dengan ikan yang dibeli dari nelayan pukat cincin, harganya lebih mahal dan ikannya cuma sejenis. Sedangkan ikan dari bagan, biasanya itu untuk produksi perebusan ikan.
“Ikan asin yang bahan bakunya berasal dari tangkapan kapal pukat ikan, harganya merakyat atau terjangkau kantong masyarakat, dibanding ikan asin yang diperoleh dari kapal pukat cincin,” tuturnya.
Selain pasokan yang minim, harga ikan asin saat ini cukup tinggi, namun pembelinya pun sepi. Pasalnya, pedagang ikan yang datang dari luar kota tidak bisa memilih karena jenis ikannya tidak banyak.
“Biasanya, pedagang dari Tarutung, Balige, Padangsidimpuan dan beberapa daerah lainnya datang ke sini membeli ikan asin, tetapi sekarang lagi sepi,” imbuhnya.
Khusus produksi ikan asin untuk oleh-oleh khas Kota Sibolga tidak berpengaruh, karena produk itu diolah sendiri oleh pedagangnya.
“Mereka (pedagang) membeli bahan baku ikan yang bagus, kemudian diolah sendiri untuk dijual menjadi oleh-oleh,” pungkasnya. (ren)