SNT, Jakarta – Megawati Soekarnoputri angkat bicara soal kondisi DKI jakarta saat ini disebut tak karuan. Ketua Umum PDI Perjuangan itu menilai dan menyayangkan bahwa Jakarta menjadi amburadul. Sementara di sisi lain ia membanggakan kepala daerah dari PDI Perjuangan.
Pernyataan itu diungkapkan Megawati di acara pemberian penghargaan ‘Kota Mahasiswa’ atau ‘City of Intellectual’ berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas, pada Selasa (10/11/2020) lalu.
Ketiga daerah yang mendapatkan penghargaan itu adalah Kota Semarang, Kota Surabaya dan Kota Solo.
“Terima kasih yang jadi peringkat kesatu, kedua, dan ketiga, Semarang, Solo, Surabaya, itu adalah anak-anak dari partai saya,” bilang Megawati melansir detikcom, Sabtu (14/11/2020).
Dalam kesempatan itu, Megawati mengatakan, para kepala daerah bisa membangun kotanya menjadi city of intellectual atau kota yang berilmu pengetahuan karena mereka selalu diajari di PDIP.
Dia pun meminta kepala daerah dari PDIP membangun daerahnya tanpa meninggalkan kecerdasan warganya.
“Saya bila ke Hendi (Wali Kota Semarang), ketika saya rekomendasi, tugasmu cuma satu, bikin Kota Semarang jadi bagus seperti kriteria disampaikan Pak Hafid Abbas,” kata Megawati.
“Sama juga sama Rudy di Solo. Saya tugasi, tolong bikin rakyat di Solo nyaman. Saya dengar universitas di sana ini juga buka bagian boga. Bayangkan Kota Solo itu makanannya enak-enak. Saya pernah diajak kawan saya, mau salat Subuh, kembali salat subuh lagi, untuk wisata kuliner. Rasanya enak dan murah meriah. Tapi intinya, kenapa Solo bisa demikian? Karena pemimpinnya mengerti dan mendalami kebutuhan rakyatnya,” ungkapnya.
Selain itu, Megawati juga menyayangkan kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Rawamangun, Jakarta, belum masuk kategori city of intellect. Padahal prasasti pertama kali visi city of intellect justru berada di sana.
“Sayang kan kalau Rawamangun belum berhasil jadi city of intellect. Jadi para akademisi, saya mohon sangat, secara akademis kita melihat kita ini tujuannya mau ke mana,” katanya.
Presiden ke-5 RI itu mengaku menjadi saksi hidup kondisi Jakarta pada 1950-an. Akan tetapi, menurut Megawati, kondisi Jakarta saat ini menjadi amburadul, yang seharusnya menjadi kota berpengetahuan.
“Karena saya juga saksi hidup di Jakarta ini. Dulu waktu pindah dari Yogyakarta ke Jakarta pada 1950…. Tetapi sekarang Jakarta ini jadi amburadul. Karena apa? Seharusnya jadi city of intellect bisa dilakukan. Tata kota, masterplan-nya, siapa yang buat? Tentu akademisi, insinyur, dan sebagainya,” tukasnya.
Megawati mengingatkan kembali bahwa visi ‘Kota Mahasiswa’ atau ‘City of Intellectual’ yang ditelurkan oleh Bung Karno itu terjadi pada 15 September 1953. Bagi Megawati, pemikiran Bung Karno itu melampaui zamannya.
“Hal ini berarti pemikiran Bapak Sukarno 50 tahun lebih maju dibandingkan dengan perkembangan pemikiran internasional saat ini, yang baru melakukan pemeringkatan Kota Mahasiswa,” pungkasnya. (red)