SNT – Bukan yang pertama terjadi perseteruan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi dan Wali Kota Medan, Bobby Nasution. Kali ini dua orang tokoh utama pemerintahan di wilayah Sumatera Utara itu kembali berseteru terkait pendataan pasien COVID-19.
Gubernur Edy belum lama ini menilai bahwa ada beberapa kota yang data penanganan COVID-19 nya semrawut. Dalam pernyataannya tersebut, Edy sempat menyebut Kota Medan sebagai salah satu daerah dengan data Covid yang berantakan.
Ucapan itu langsung dibalas oleh Walikota Medan Bobby Nasution pada Sabtu (11/9/2021) kemarin saat melakukan meninjau banjir di Jalan Ampera, Kecamatan Medan Tembung.
Bobby menyebut, data semrawut itu diakibatkan umpan data dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang tidak lancar. “Kita akui belum semua data bisa kita input karena terkendala dengan data yang langsung masuk ke Pemprov Sumut. Ketika kami minta data itu, sulitnya minta ampun,” kilah Bobby.
Hal ini merupakan kesekian kalinya mantan Pangkostrad dan menantu Presiden Joko Widodo tersebut berseteru.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Sumatera Utara, Arifin Saleh Siregar menegaskan, kiranya perdebatan atau saling bantah terkait data penanganan COVID-19 tersebut dapat diminimalisir oleh kedua pimpinan daerah.
Arifin mengatakan kedua pimpinan tersebut harus saling berkoordinasi agar tidak terjadi miskomunikasi, ataupun lost contact.
“Harus juga dibangun kesepahaman bahwa Kota Medan ini etalasenya Sumut, wajahnya Sumut. Jadi penanganan Covid-19 harus sama-sama dioptimalkan. Harus ditingkatkan kolaborasi antara Pemko Medan dan Pemprov Sumut,” jelas Arifin.
Disamping itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini juga menegaskan jangan sampai penanganan COVID-19 ini dibawa ke ranah politik, dan dikondisikan menjadi konsumsi politik.
Dia juga menekankan bahwa COVID-19 ini masalah besar dan masalah nyawa. Oleh sebab itu, penanganannya harus total dan secara bersama-sama. (ist)