SmartNews, Tapanuli – Ilmuwan NASA sedang bersiap menguji sebuah sistem yang mereka harapkan bisa menyelamatkan Bumi dari ancaman ditabrak asteroid.
Dilansir tempo.co, Senin (4/5/2020), uji akan dilakukan tahun depan dengan peluncuran roket yang membawa pesawat khusus bermisi kamikaze alias bunuh diri.
Disebutkan bahwa NASA akan meluncurkan roket SpaceX Falcon 9 yang memanggul pesawat antariksa Double Asteroid Redirection Test (DART).
Roket didesain mendekati asteroid Didymos, sebuah asteroid dari batuan berdiameter 780 meter yang melesat bersama sebuah asteroid satelitnya yang berukuran lebih kecil, sekitar 160 meter.
Pesawat itu rencananya akan menabrakkan diri dengan kecepatan 14.700 mil per jam dan sistem propulsi listriknya akan mengubah sedikit arah orbit Didymos. Tabrakan rencananya dilakukan saat asteroid masih berjarak 6,8 juta mil dari Bumi.
Juru bicara NASA mengatakan persiapan untuk misi DART telah sampai kepada tahap terpentingnya yakni mengintegrasikan sistem dan komponen pesawat.
“Didymos dipilih jadi target pengujian karena dianggap jauh lebih mudah untuk mengukurnya ketimbang, misalnya, orbit asteroid di sekitar matahari,” ujar Jonathan McDowell, astronom di Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics seperti dikutip dari Mirror, pada 30 April 2020.
Kendati disebut tentang membelokkan arah asteroid, tujuannya misi DART, menurut McDowell, biasanya mempercepat atau memperlambat laju asteroid.
“Akan lebih baik menghantamnya searah pergerakan orbit. Jika Anda menabraknya dari samping tidak akan membuat banyak perbedaan,” jelasnya.
Pada tahun lalu, NASA telah memberikan kontrak senilai 53 juta Poundsterling kepada SpaceX milik Elon Musk untuk misi ini. Adapun uji disadari semakin penting dengan melintasnya asteroid 1998 OR2 dekat Bumi pada 29 April 2020.
Asteroid berdiameter sekitar 1,7 kilometer itu jika sampai menabrak Bumi cukup untuk menciptakan kawah besar dan menciptakan kegelapan di sebagian atmosfer karena empasan debu yang dihasilkannya.
Pada 29 April lalu, 1998 OR2 masih berjarak empat juta mil dari Bumi namun telah diperhitungan ‘berpotensi berbahaya’. (*)
Editor: Syahuan