SmartNews – Seiring dengan gaya hidup orang-orang masa kini, kolesterol tinggi tidak hanya mengincar orang tua. Namun, anak-anak pun dapat mempunyai kolesterol tinggi. Penyebabnya, asupan yang tidak terjaga, terutama makanan yang berlemak.
Upaya menurunkan kolesterol tinggi sebenarnya cukup beragam. Simak ulasannya berikut ini:
1. Mengetahui kondisi kolesterol
Menurut penelitian di Johns Hopkins University’s Center for Interdisciplinary Salivary Bioscience Research, Amerika Serikat, sebuah pusat riset untuk air liur, ludah mengandung data ‘harta karun’ yang mudah didapat dan dapat dianalisis tanpa mengeluarkan banyak biaya. Air liur berpotensi membuka rahasia tubuh manusia dan gen.
“Ada banyak potensi dari penyelidikan mengenai apa yang terkandung dalam air liur,” ujar salah satu peneliti Doug Granger.
Dalam pemeriksaan penyakit jantung iskemik, kerap dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar kolesterol. Tes tersebut hanya bisa dilakukan di klinik atau rumah sakit dan hasilnya membutuhkan waktu untuk mengetahui hasilnya.
Akan tetapi, penelitian dari Granger dan rekan-rekannya telah mengusulkan penggunaan tes air liur untuk menggantikan tes darah yang standar.
Menurut tim peneliti, air liur mengandung protein yang sama bernama protein C-reaktif. Protein dapat mengindikasikan penyakit jantung, yang biasanya ditemukan dalam darah. Pada kadar yang tinggi, maka ludah dapat mewakili tingkat kesehatan jantung pasien.
Menurut Granger, bila tes air liur sudah tersedia, maka orang akan lebih mau melakukannya. Apalagi bila dapat dilakukan sendiri di rumah.
2. Tubuh stres atau tidak
Stres memicu respons tubuh untuk bereaksi bertarung atau berlari (fight-or-flight response) yang meningkatkan adrenalin, detak jantung, produksi air liur. Kelenjar liur memenuhi mulut dengan enzim yang disebut salivary alpha-amylase (SAA), dan enzim ini bisa berperan sebagai pertanda stres.
Dalam kasus ibu hamil, stres atau trauma emosional bisa mempengaruhi kesehatan janin. Tim John Hopkins bisa mengembangkan metode untuk mengukur dampaknya terhadap janin dengan memantau kadar SAA dalam air liur ibu.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Februari 2012, mereka menemukan bahwa tingkat SAA berubah seiring masa kehamilan dan kesehariannya. Ini meletakkan dasar untuk penelitian masa depan yang menyelidiki dampak tingkat stress yang tinggi terhadap janin.
3. Mengandung informasi genetik
Air liur mengandung informasi genetik, sehingga mudah mengambil sampel DNA.“Satu setengah tetes (liur) itu cukup untuk mendapatkan sampel DNA yang cukup,” ucap Granger.
“Sampel dapat dibekukan dan dicairkan berulang kali. Air liur dapat dikirimkan melalui pos dan DNA tersebut dapat kami ekstraksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi,” pungkasnya. (Lp6/pung)