SmartNews, Sibolga – KM Restu Bundo asal Kota Sibolga berpenumpang 7 orang sebagai Anak Buah Kapal (ABK) disebut tersambar petir di perairan Desa Labuhan Hiu, Kecamatan Pulau-pulau Batu Timur, Kabupaten Nias Selatan (Nisel), Sumatera Utara (Sumut) pada, Selasa (19/11/2019) dini hari pukul 02.00 WIB.
Setelah tersambar petir, KM Restu Bundo, tenggelam. 4 ABK dinyatakan hilang, dan 3 orang selamat. 1 ABK dari yang selamat tersebut, meninggal dunia karena mengalami luka bakar serius.
Peristiwa tenggelamnya KM Restu Bundo disampaikan oleh Basarnas dalam keterangan tertulis diperoleh SmartNews, baik dari Pos SAR Sibolga dan Nias. Dan hingga hari ketiga Operasi SAR, Tim Gabungan berhasil menemukan 3 ABK yang sebelumnya dinyatakan hilang. Dan 1 lagi masih dalam pencarian.
Sementara itu, ketiga jenazah ABK KM Restu Bundo tiba di Mako Lanal Sibolga, Minggu (24/11/2019) siang, sekitar pukul 14.00 WIB dengan diangkut Kal Mansalar, dan disambut isak tangis keluarga korban.
Yanto, salah seorang ABK KM Restu Bundo yang selamat, mengatakan, ia langsung melompat untuk menyelamatkan diri setelah peristiwa itu terjadi.
Dia mengatakan, sebelum kejadian, cuaca buruk terjadi di pertengahan perairan Labuhan Hiu. “Saat itu kami mau cari perlindungan,” katanya.
Dijelaskannya, saat kejadian itu, ia tak sempat lagi melihat kapal tersebut. “Gak tau-taulah, pokoknya begitu terjadi, kami lompat menyelamatkan diri ajalah, gak nengok-nengok lagi lah pak,” ungkapnya.
Sementara itu, Dan Pos SAR Sibolga Hari Susanto kepada wartawan di Mako Lanal Sibolga mengatakan, ketiga korban tewas yang dibawa, ditemukan terpisah-pisah di kawasan perairan labuhan Hiu.
“Kemarin, saat kita temukan, jasad korban saat ditemukan tidak utuh lagi,” ujar Hari.
“Cuman, korban yang ketiga ini dikenali oleh korban selamat. Ini korban si A si B dan si C. Rata-rata korban ini kita temukan di kawasan hutan bakau, terpisah mereka, tapi di perairan itu (Labuhan Hiu,red),” jelasnya.
Ditanya soal pencarian 1 korban lagi yang diketahui bermarga Hutabarat. Hari menyebut, upaya pencarian terus dilakukan oleh Tim Pos SAR Nias selama 7 hari, sesuai dengan SOP. “Kita berdoa, semoga korban berhasil ditemukan,” ujarnya.
Sementara itu, lanjut Hari, kedua korban selamat berenang ke tepian laut, dan selanjutnya melapor ke Pos AL di Pulau Pini. “Yang 2 menyelamatkan diri ke tepian, dan melapor ke Pos AL Pulau Pini,” tambahnya.
Sementara, Eno, yang sebelumnya juga selamat, akhirnya meninggal dunia karena mengalami luka bakar serius, dan sempat menjalani perawatan medis. Jasad Eno, sebelumnya telah dikirim lebih awal dengan menggunakan KM Simelue, kemarin.
Lebih lanjut Hari Susanto mengungkapkan pihaknya tidak mengetahui siapa pemilik KM Restu Bundo.
“Pemilik kapal tidak jelas. Kapal ini (KM Restu Bundo) saat ini sudah tidak terdaftar. Pemiliknya sudah berganti-ganti,” ungkap Hari.
Pihaknya juga minta keterangan kepada korban selamat, namun tidak mengetahui. “Kita tanya sama korban selamat, mereka bilang tidak mengetahui. Alasan mereka hanya ikut untuk mencari nafkah. Jadi mereka tidak tau pemiliknya siapa,” sebutnya.
Sambungnya lagi, pihaknya juga telah mengecek kapal tersebut di PPN Sibolga, namun KM Restu Bundo sudah tidak terdaftar. “Kita cek di PPN Sibolga, kapal ini tahun 2019 sudah tidak terdaftar,” bebernya.
“Bahkan di tahun 2006, kapal itu (KM Restu Bundo) GT 7, KM Sinar Bunda namanya. Nah sekarang GT 5 KM Restu Bundo dengan alat tangkap jaring dan mancing,” sambungnya.
Nama korban tewas ABK KM Restu Bundo: 1. Meti. 2. Dar. 3. Suparman. 4. Eno. Korban selamat: 1. Yanto. 2. Jusran. Korban belum ditemukan: 1.Hutabarat
Sekadar diketahui, KM Restu Bundo berangkat dari Kota Sibolga untuk mencari ikan ke Perairan Nias Selatan pada, Minggu 17 November 2019. (red)
Sementara itu, Yurmailis, istri Suparman (korban)kepada wartawan di Mako Lanal Sibolga, mengakui sebelumnya mendapat kabar dari istri tekong (nakhoda), bahwa kapal tempat suaminya bekerja tersambar petir. Tetapi, ia merasa kesal karena si pemberi modal dari kapal tersebut malah kabur.
“Bantuan dari pihak pengusaha belum ada sama sekali, malah kabur orang itu. Setahu saya, pemodalnya itu, Rey Aritonang dan TF Hutapea,” kata Yurmailis kepada wartawan di Mako Lanal Sibolga.
Meski begitu, Yurmailis mengaku masih menunggu pertanggungjawaban dari pihak pengusaha kapal dan berharap ada perhatian.
“Kami telepon tak pernah diangkat. Kami berharap ada perhatian lah, karena anak saya ada 6 orang, saya ingin bantuan,” tuturnya.
Dia menambahkan, suaminya (Suparman) sudah 10 tahun bekerja sebagai nelayan. Terakhir berangkat meninggalkan keluarga pada 17 November 2019. (red)