NIAS – Dalam rangka memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan untuk mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga menginisiasi Replikasi Model Bisnis Pengembangan Klaster Pangan dengan penerapan budidaya organik dari decomposer MA-11.
Replikasi model bisnis tersebut dilakukan BI Sibolga pada demplot cabai merah seluas 1 hektar di Poktan Hasara Dodo, Desa somi, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias.
BI Sibolga yang diwakili oleh Muhammad Fajar Andrianto secara simbolis melakukan penanaman perdana pada didampingi oleh kepala dinas koperasi, usaha kecil dan menengah, perdagangan serta ketenagakerjaan, kepala dinas sosial, pemberdayaan masyarakat desa, perempuan dan perlindungan anak, Camat Gido, dan perwakilan anggota Poktan Hasaradodo, Jumat (12/5/2023).
Dijelaskan, kegiatan ini menjadi simbol dukungan BI Sibolga dalam menahan laju inflasi serta meningkatkan ketahanan pangan di Nias. Bank Indonesia telah melaksanakan program klaster UMKM produsen komoditas unggulan daerah maupun komoditas ekspor bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun dinas terkait lainnya sejak tahun 2006.
Program ini bertujuan untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM yang tergabung dalam klaster, meliputi proses usaha tani dari hulu sampai hilir antara lain dari aspek budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran produk.
Kemudian sejak tahun 2014, pengembangan klaster lebih difokuskan pada komoditas yang mendukung ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi/volatile food.
Hal ini sebagaimana tindak lanjut arahan Presiden dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, serta sinergi High Level Rakorpusda dan GNPIP 2022, BI Sibolga bersama TPID aktif bersinergi melakukan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Program GNPIP 2023 memiliki 7 (tujuh) program unggulan, dimana salah satunya adalah dukungan memperkuat ketahanan komoditas hortikultura dan pangan strategis lainnya melalui Implementasi Best Practices Pengembangan Klaster Pangan dari hulu ke hilir. Implementasi dimaksud diharapkan menghasilkan stabilitas harga dan ketahanan pangan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, Muhammad Fajar Andrianto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa “GNPIP menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional. Kegiatan ini mencakup Replikasi Model Bisnis Pengembangan Klaster, Implementasi budidaya pertanian organik menggunakan MA-11 yang bertujuan menghemat biaya pemupukan serta meningkatan produktivitas, serta potensi implementasi KAD antar Kabupaten Nias dan Kota IHK Gunungsitoli.
Lebih lanjut disampaikan, bahwa implementasi budidaya pertanian cabai merah organik menggunakan MA-11 dimaksud, diharapkan menjadi role model bagi kelompok tani lainnya yang ada di Kabupaten Nias sehingga produktivitas cabai merah di Nias semakin meningkat guna memperkuat penyediaan pasokan komoditas hortikultura dimaksud di Kabupaten Nias.
“Setelah implementasi demplot cabai merah di Poktan Hasaradodo, selanjutnya akan dilakukan penguatan kelembagaan, sehingga mindset anggota Poktan tidak hanya bertani melainkan mampu memiliki aspek kewirausahaan guna meningkatkan kesejahteraan petani kedepannya, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah maupun Dinas terkait lainnya sejak tahun 2006.
“Program ini bertujuan untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM yang tergabung dalam klaster, meliputi proses usaha tani dari hulu sampai hilir antara lain dari aspek budidaya, pengolahan pasca panen, hingga pemasaran produk. Kemudian sejak tahun 2014, pengembangan klaster lebih difokuskan pada komoditas yang mendukung ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi/volatile food,” ujar Muhammad Fajar Andrianto. (ril)