Nelayan Bagan Pancang di Sibolga Tak Melaut, Ini Penyebabnya

nelayan sibolga
Aktivitas Nelayan Sibolga. Photo Dok/ist.

Sibolga – Sepekan terakhir, nelayan bagan pancang dan bagan terapung di Sibolga tidak melaut akibat cuaca ekstrem yang melanda kawasan Pantai Barat Sumut. Akibatnya, harga ikan pun mengalami kenaikan.

Beragam jenis ikan yang dihasilkan nelayan bagan pancang dan bagan terapung ini umumnya diolah menjadi ikan asin yakni, ikan teri kasar, teri nasi dan udang rebon/udang baring.

Arwan Swandy Hutagalung, nelayan bagan terapung mengaku sudah sepekan tidak melaut akibat cuaca yang kurang bersahabat di tengah laut.

“Melaut pun percuma, karena tidak akan ada hasilnya. Mestinya, bulan Juni ini adalah bulan yang paling dinantikan nelayan Sibolga, karena musim ikan terjadi pada masa ini,” ucap Arwan di Sibolga, Selasa (26/6).

Biasanya musim ikan terjadi pada musim Angin Barat, yaitu pada periode Juni-Desember. Sedangkan periode Januari-Mei adalah musim Angin Timur.

“Dahulu, nelayan di kawasan Poriaha, Pulau Poncan hingga Pulau Mursala menikmati hasil tangkapan ikan yang banyak dan berlimpah pada musim angin barat,” tuturnya.

Faktor lain yang memengaruhi peningkatan hasil tangkapan nelayan bagan pancang itu setelah operasional pukat trawl dihentikan.

Tetapi selama dua bulan terakhir, pendapatan nelayan bagan pancang ini kembali menurun, karena wilayah tangkapan nelayan kecil terganggu seiring beroperasinya kapal pukat trawl secara diam-diam.

Arwan menambahkan, kondisi cuaca sekarang tidak dapat diprediksi karena pengaruh global warming. Sejalan dengan itu, perjalanan ikan pun menjadi tidak menentu.

“Global warming sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan, karena nelayan tak mampu memprediksi apalagi meramalkan cuaca,” ungkap Arwan.

Bila kondisi cuaca normal, ikan tangkapan nelayan bagan pancang maupun bagan terapung bisa mencapai 100 kg permalam.

Bahkan kalau lagi musim ikan, hasil tangkapan bisa mencapai 1,5 ton hingga 2 ton permalam. Setelah diolah menjadi ikan kering, hasilnya mencapai 600 kg hingga 700 kg.

Ikan hasil olahan tersebut kemudian dibeli agen pengepul lalu dikirim ke luar daerah.

“Untuk pasaran lokal, kita juga menjualnya ke pedagang ikan asin di Pasar Sibolga Nauli, dan Pasar Belakang,” tuturnya.

Harga saat ini, teri kasar Rp48.000/kg, teri nasi Rp72.000/kg, dan udang rebon/udang baring Rp20.000/kg.
Nelayan menjemur ikan di Pulau Mursala. (snt)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *