SmartNews, Tapanuli – Heboh soal bantuan COVID-19 di Kota Sibolga, Sumatera Utara (Sumut) diduga hendak dijual. Benarkah, dan bagaimana ceritanya?
Awalnya, salah seorang warga bernama Sulaiman, warga Desa Mela, Kecamatan Tapian Nauli, Tapteng, kepada wartawan mengatakan, dugaan adanya bansos COVID-19 yang diduga hendak dijual ia ketahui pada Rabu (1/7/2020) sekira pukul 15.00 WIB di kawasan Panomboman.
Di sana, Sulaiman mengaku melihat ada keramaian warga. Penasaran lokasi keramaian itu dan dia pun melihat ada becak bermotor membawa puluhan kantong bahan makanan berupa beras dan mi instan, yang diduga hendak dijual.
Sulaiman ingin mengetahui dari mana bahan pangan tersebut. “Kutanya, barang ini dari mana? Terus ada yang bilang dari Sambas. Lalu kubuka isinya, ternyata barang bantuan. Kutanya lagi, siapa yang bawa? Tukang becak. Yang mengawal siapa? Ada tadi naik motor, orangnya tinggi-tinggi pakai celana pendek, kalau tak salah itu pegawai kelurahan,” kata Sulaiman kepada wartawan, Kamis (2/7/2020) kemarin.
Mengetahui hal itu, Sulaiman selanjutnya menelepon temannya, seraya mengikuti becak tersebut sampai ke Pintu Angin.
“Tukang becak juga mengakui, barang yang dibawa itu berasal dari kantor kelurahan. Kalau saya mengatakan itu pasti mau dijual, kenapa saya bilang begitu, karena dari Kota Sibolga dibawa ke Tapteng. Isinya beras, mi instan,” sebutnya.
Terkait hal itu, Ketua LSM Foal Independen Sibolga-Tapteng, Steven Pasaribu, membenarkan bahwa Sulaiman menghubunginya lewat telepon pada Rabu kemarin.
Katanya, kebetulan, pada Rabu kemarin ia sedang ada urusan ke Kantor Lurah Pancuran Bambu untuk mengurus surat izin keluar masuk (SIKM).
Dia tak menyangka, ternyata bantuan yang bermasalah itu berasal dari Kelurahan Pancuran Bambu.
“Saya pun pergi ke Polsek Sibolga Sambas. Sampai di Polsek, kita lihat hendak berangkat ke Polres Sibolga. Karena ini menyangkut masalah bantuan COVID-19, dibawa ke Polres, itulah keterangan dari orang Polsek,” ujar Steven Pasaribu.
Steven menjelaskan, pada Rabu malam, dia kembali Kantor Lurah Pancuran Bambu bermaksud menjemput SIKM. Tetapi, petugas dari Polres Sibolga masih di sana.
“Saya pun bertanya, tetapi petugas bilang, cuma mau menanyakan data masyarakat penerima bantuan,” ujarnya.
Dia juga mengakui, sebagai warga Kelurahan Pancuran Bambu belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.
“Sampai saat ini, saya tidak pernah mendapatkan bantuan. Beberapa kali saya telepon lurah, minta tolong agar dapat bantuan, tetapi katanya sudah habis. Hal itu saya maklumi, kalau masih ada warga yang membutuhkan ya tidak apa,” ungkap Steven.
Dia pun tak menyangka, bantuan di kantor tersebut masih ada, dan rupanya bantuan itu hendak diperjualbelikan.
“Saya sebagai masyarakat sangat menyayangkan kejadian tersebut. Dan saya sebagai Ketua LSM Foal Independen akan terus mengawal, sampai sejauh mana proses hukum yang dilakukan oleh Polres Sibolga,” jelasnya.
Dia berharap, Pemkot Sibolga jangan menghalangi upaya penyelidikan yang dilakukan Polres Sibolga, karena ini menyangkut masalah nasib orang banyak.
“Apalagi, di masa pandemi COVID-19, janganlah dimain-mainkan bantuan ini. Terkait proses penyelidikan ini, kita juga minta Polres Sibolga supaya terbuka kepada masyarakat dan kawan-kawan pers,” imbuhnya.
Sayangnya, sampai saat ini, belum diperoleh keterangan resmi dari kepolisian. Tetapi pantauan di lapangan, Kantor Lurah Pancuran Bambu, terlihat ramai, pada Kamis sore (2/7/2020).
Sejumlah personel polisi dari Polres Sibolga yang datang dengan mobil operasional, terlihat sibuk keluar masuk. Para ibu-ibu warga setempat yang hadir di sana, juga disuruh masuk ke dalam kantor lurah tersebut. (ril)