SNT, Taput – Proyek pembangunan jaringan irigasi air tanah dalam di Desa Hutatoruan I, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), dinilai mubajir.
Pasalnya, proyek yang lebih dikenal dengan istilah pompanisasi sumur bor itu dibangun hanya berjarak sekira 8 meter dari saluran irigasi tali air yang masih berfungsi untuk mengairi areal persawahan.
“Sirkulasi air di areal persawahan ini sangat lancar. Sebab areal sawah dikelilingi jaringan irigasi tali air yang berfungsi dengan baik karena sumber airnya lancar mengalir. Yang penting rajin dibersihkan agar tidak ada penyumbatan,” kata seorang warga yang mengaku marga Tobing, kepada awak media, Rabu, (17/2/2021).
Baca Juga: Capt. M. Kurniawan Sampaikan Kabar Terbaru Bandara Sibisa
Sementara itu, menurut pantauan awak media, irigasi ini dibangun pada akhir tahun 2020 dengan sumber dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada Dinas Pertanian Taput. Pagu anggarannya sebesar Rp189 juta.
Bangunan utama didirikan tepat berada di tengah areal persawahan. Sekira 8 meter sebelah kiri bangunan terdapat jaringan irigasi.
Sebelah kanan bangunan, berjarak sekira 20 meter juga terdapat jaringan irigasi. Kedua jaringan irigasi ini sirkulasi air terlihat lancar.
Baca Juga: Terjun Bebas ke Sungai, Pegawai Kementerian Agama Taput Tewas di TKP
Selain bangunan utama tadi, di lokasi terlihat ada dua bangunan bak penampungan air yang juga sangat berdekatan dengan jaringan irigasi yang memang sudah ada di areal persawahan tersebut.
Saat ini, di areal persawahan dengan luasan sekira 5 hektar sudah disemai padi. Kondisi sawah terlihat kebutuhan air mencukupi buat kebutuhan tanaman.
Selain tanaman padi di areal tersebut juga didapati tanaman cabai merah sekira seluas 20 meter persegi.
Terpisah, Vander Sinaga, petani asal Kecamatan Pangaribuan mengeluhkan susahnya sumber air untuk kebutuhan tanamannya.
Baca Juga: Lyodra Ginting Wujudkan Mimpi Jadi Aktris
Ditegaskannya, banyak potensi titik areal pertanian di Desa mereka Desa Lumban Sinaga. Setiap hamparan perladangan mencapai luasan hampir 20 hektar dan sangat membutuhkan sumur bor.
Seperti areal perladangan Sibara-bara, kebanyakan produk pertanian yang mereka tanam seperti cabai merah, jagung dan padi. Untuk kebutuhan air, Sinaga mengaku harus membuat sumur. “Kita buat sumur, airnya kita timba untuk menyiram tanaman,” keluh Sinaga.
Diceritakannya, pada tahun 2017 dirinya pernah membuat proposal bantuan pembangunan sumur bor kepada Dinas Pertanian setempat. Namun hingga kini belum ada wujud akan terealisasi.
Hal yang sama diceritakan Simorangkir, petani asal Desa Simanampang Kecamatan Siatas Barita. Mereka sangat membutuhkan sumur bor, untuk ketersediaan air para petani tergantung pada curah hujan.
Sementara itu, SEY Pasaribu, Kepala Dinas Pertanian Taput mengatakan pembangunan sumur bor di Desa Hutatoruan I dalam rangka mendukung peningkatan IP 2 dengan Pola Tanam Padi Sawah-Padi Sawah atau Padi Sawah-Palawija.
Untuk mencapai itu, salah satu faktor produksi yang perlu dipersiapkan adalah ketersediaan air sepanjang musim.
Mengingat kondisi lahan sawah yang ada di Desa Hutatoruan I pada saat musim kemarau sering terjadi kekeringan sehingga seringkali mengakibatkan gagal panen.
Baca Juga: Puji Keuletan Satika Simamora, Istri Gubsu Yakin Tenun Ulos Taput Semakin Dikenal Dunia
Oleh karena itu Dinas Pertanian mencoba mengatasi masalah ini dengan mengalokasikan 1 unit kegiatan Pembangunan Irigasi Air Tanah (Sumur Bor) sehingga lahan persawahan dapat dimanfaatkan untuk pertanaman sepanjang tahun.
“Mengingat luasan kepemilikan lahan sawah rata-rata skala kecil, maka dengan upaya peningkatan IP dengan pola tanam seperti itu, maka akan dapat menambah pendapatan masyarakat petani,” pungkasnya. (ts)